Pada tanggal 19 Oktober 2024, pukul 13.00 WIB, sebuah acara yang sangat dinantikan dalam dunia pendidikan Indonesia, yakni Kuliah Umum PembaTIK 2024, akan dilaksanakan. Mengusung tema “Inovasi Pembelajaran Digital dengan Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI)”, acara ini tidak hanya berfokus pada pemahaman teknologi AI dalam konteks pendidikan, tetapi juga bertujuan untuk membuka wawasan baru bagi para pendidik dan peserta tentang bagaimana AI dapat diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran secara efektif dan inovatif. Di era digital yang kian berkembang pesat ini, pemanfaatan teknologi, khususnya AI, menjadi kunci penting dalam menghadirkan pembelajaran yang relevan dan adaptif terhadap kebutuhan zaman. Oleh karena itu, kuliah umum ini menjadi momen penting untuk mendorong transformasi pendidikan di Indonesia agar tetap selaras dengan perkembangan teknologi global.

Acara ini tidak hanya menghadirkan pemaparan tentang teknologi AI semata, tetapi juga memberikan ruang bagi para peserta untuk melihat bagaimana teknologi ini dapat diimplementasikan dalam berbagai aspek pendidikan. Di tengah perkembangan teknologi yang kian cepat, PembaTIK 2024 hadir sebagai platform yang memberikan kesempatan bagi para guru, pendidik, dan profesional di bidang pendidikan untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan potensi teknologi AI dalam proses pengajaran mereka. Kuliah umum ini diawali dengan pemaparan tujuan dari program PembaTIK, yaitu untuk menciptakan pendidikan di Indonesia yang terus mengikuti perkembangan teknologi dan selalu up-to-date dengan tren terbaru. PembaTIK telah menjadi salah satu inisiatif utama dalam mengedukasi para pendidik agar mampu menghadirkan pembelajaran yang interaktif dan relevan dengan kebutuhan generasi masa kini.

Pada tahun 2024 ini, jumlah peserta yang mengikuti PembaTIK tercatat mencapai angka yang sangat signifikan, yaitu 319.741 peserta dari seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, hanya 1.170 peserta yang berhasil lolos seleksi untuk mengikuti pelatihan di Level 4, dan saya merasa sangat bersyukur karena terpilih sebagai salah satu dari 1.170 peserta yang berhasil melanjutkan ke tingkat tertinggi dalam program ini. Momen ini menjadi pencapaian yang sangat berharga, terutama di tengah persaingan yang begitu ketat di antara ribuan peserta lainnya. Lolos hingga ke Level 4 PembaTIK bukan hanya sebuah kebanggaan pribadi, tetapi juga tanggung jawab untuk terus belajar dan berkembang dalam menghadirkan inovasi pendidikan berbasis teknologi di sekolah dan lingkungan sekitar.

Sesi pertama dari kuliah umum ini dibawakan oleh Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D., seorang pakar linguistik yang memiliki perhatian besar terhadap keberlanjutan bahasa daerah di Indonesia. Dalam presentasinya, Prof. Aminudin menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi, khususnya AI, dalam revitalisasi bahasa daerah yang kian terancam punah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan Long Form Sensus Penduduk 2020, penggunaan bahasa daerah di Indonesia terus mengalami penurunan yang cukup signifikan. Seiring dengan modernisasi dan globalisasi, semakin sedikit generasi muda yang menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kepunahan bahasa-bahasa lokal ini.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Badan Bahasa sejak tahun 2021 telah memulai program revitalisasi bahasa daerah, dengan memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk turut serta dalam upaya penyelamatan bahasa lokal. Melalui kolaborasi dengan berbagai organisasi, termasuk lembaga pendidikan dan komunitas lokal, Badan Bahasa berinovasi dengan memanfaatkan AI dalam proses revitalisasi ini. Salah satu inisiatif yang diusung adalah aplikasi Vitalitas Bahasa (VIBA), sebuah platform digital yang menggunakan teknologi Speech Recognition dan Chatbot untuk menjaring data linguistik dari berbagai bahasa daerah di Indonesia. Data yang terkumpul di VIBA menjadi semakin kaya seiring bertambahnya kontribusi pengguna yang merekam bahasa daerah mereka. Inisiatif ini juga diperkuat dengan pengembangan Korpus Daerah (KODA), sebuah platform yang bertujuan untuk mengumpulkan data linguistik dari berbagai daerah. Korpus ini berperan penting dalam mendukung pengembangan sistem penerjemah otomatis yang akurat dengan mempertimbangkan aspek-aspek linguistik dan budaya lokal.

Melalui penggunaan teknologi AI, seperti yang diterapkan dalam aplikasi VIBA dan KODA, Badan Bahasa kini memiliki alat yang lebih efektif untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis data bahasa daerah. Bahkan, platform ini memungkinkan pengguna untuk menerjemahkan bahasa daerah satu ke bahasa daerah lainnya, sehingga memperkaya pengetahuan lintas budaya dan melestarikan warisan bahasa lokal. Keberhasilan revitalisasi bahasa daerah versi 4.0 ini telah berhasil menyelamatkan 97 bahasa daerah di Indonesia, sebuah prestasi luar biasa dalam menjaga kekayaan budaya bangsa.

Sesi kedua kuliah umum diisi oleh Dr. Yudhistira Nugraha, S.T., MCIT adv., yang membahas secara mendalam tentang Data Pendidikan untuk Optimalisasi Pemanfaatan AI. Dalam paparannya, Dr. Yudhistira menjelaskan bahwa terdapat tiga elemen kunci yang menjadi fondasi dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi AI, yaitu cloud computing, algoritma, dan data. Elemen-elemen ini, menurutnya, merupakan komponen fundamental yang membentuk dasar dari kecerdasan buatan dan memungkinkan AI untuk berfungsi secara optimal.

Pemahaman mengenai ketiga elemen ini memberikan wawasan yang sangat penting bagi para peserta kuliah umum. Pertama, cloud computing menyediakan infrastruktur yang mendukung proses AI berskala besar. Tanpa cloud computing, kemampuan AI untuk mengakses dan mengolah data dalam jumlah besar akan sangat terbatas. Kedua, algoritma berperan sebagai otak dari sistem AI, yang memproses data dan menghasilkan analisis atau prediksi. Algoritma ini, baik dalam bentuk machine learning maupun deep learning, memungkinkan AI untuk belajar dari data dan terus meningkatkan kinerjanya. Terakhir, data menjadi bahan bakar utama yang mendukung AI dalam membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. Tanpa data yang berkualitas, AI tidak akan mampu memberikan hasil yang akurat.

Dr. Yudhistira juga menyoroti bagaimana pemahaman mendalam mengenai elemen-elemen ini dapat membantu para guru dan pendidik dalam mengembangkan keterampilan analitis siswa, serta mengajarkan mereka untuk berpikir kritis dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa depan yang semakin kompleks.

Sesi ketiga dilanjutkan oleh Dr. Ir. Eko Mursito Budi, M.T., yang memberikan paparan praktis mengenai strategi pemanfaatan AI dalam pembelajaran. Beliau menekankan bahwa AI tidak hanya berfungsi sebagai alat otomatisasi, tetapi juga sebagai alat bantu pikir (cognitive tool) yang memperluas dan meningkatkan kemampuan berpikir manusia. Dalam proses pembelajaran, AI dapat membantu pendidik dan siswa dalam menganalisis data, mempercepat proses pengambilan keputusan, serta memberikan wawasan baru yang mungkin sulit ditemukan tanpa bantuan teknologi ini.

AI, menurut Dr. Eko, mampu mempercepat pemrosesan informasi dengan menganalisis data dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat, sehingga memungkinkan pendidik dan siswa untuk mendapatkan wawasan dan informasi penting lebih cepat daripada jika dilakukan secara manual. Selain itu, AI juga dapat membantu dalam pengambilan keputusan dengan menyediakan analisis berbasis data yang mendalam, memungkinkan pengguna untuk membuat keputusan yang lebih akurat dan didukung oleh bukti yang kuat. Di samping itu, AI juga mampu menyediakan wawasan yang tidak mudah terlihat, yakni dengan menemukan pola tersembunyi dalam data yang mungkin tidak disadari oleh manusia.

Penggunaan AI sebagai alat bantu pikir ini bukan bertujuan untuk menggantikan peran manusia, melainkan untuk memperkuatnya. Dengan kemampuan AI untuk menganalisis data secara efisien, memberikan rekomendasi berdasarkan bukti, dan mengotomatisasi tugas-tugas rutin, AI memungkinkan manusia untuk fokus pada tugas-tugas yang lebih kompleks dan kreatif. Dalam konteks pendidikan, AI dapat membantu guru untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih personal dan adaptif, serta mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis yang sangat diperlukan di era digital ini.

Dr. Eko juga menyampaikan pesan bahwa sebelum kita menggunakan AI, hendaknya kita harus memperhatikan apa saja bahaya dalam menggunakan AI, karena AI tidak mampu menyaring jawaban yang diberikan, tetapi diri kita sendirilah yang mampu memfilter dalam penggunaan AI sehingga etika dalam menggunakannya tetap didalam batas.

Secara keseluruhan, Kuliah Umum PembaTIK 2024 tidak hanya menjadi wadah pembelajaran tentang teknologi AI, tetapi juga menjadi platform inspiratif yang mengajak para pendidik untuk terus berinovasi dan mengadopsi teknologi dalam proses pembelajaran mereka. Dengan memanfaatkan potensi AI, pendidikan di Indonesia dapat berkembang lebih dinamis, adaptif, dan responsif terhadap perubahan zaman, sekaligus memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan yang relevan di era digital ini.